Penggagum di Balik Layar
By: Amrl
Suasana itu
sedikit membawaku untuk mengenang masa lalu, hingga tak sempat ku simpan dalam
hati sendiri. Ingin sekali meluapkan dalam air-air yang berada diarus kali, karena
hati ini.
“Kak? Haruskah aku menyerah? Rasa-rasnya dia sudah memiliki tujuan
yang lain. Diriku sudah dilupakan olehnya. Bahkan untuk meminta maaf saja tak
pernah ia jawab, selalu mengelak, menghindariku. Aku sungguh masih ingat dengan
janjiku dulu kak, tapi kenapa ia secepat itu untuk menghilangkan semua
tentangku?” Keluhan Rama yang begitu serius langsung
dijawab oleh Azza.
“Duh lebaynya, udah cukup dek. Semua itu berfase, dia memilih
seperti ini karna ada latar belakangnya, ada dasar pemikiran yang telah
membuatnya menjadi sekarang ini. Tata hatimu, perbaiki tujuanmu”. Jelas
Azza terhadap Rama
“Baiklah
jadilah orang positif thingking. Kak zam, pertanyaanku
jawab dengan jujur ya?” dengan mendekatkan diri pada Azzam.
“Apa”? singkat
Azzam.
“Aku
engga jelek-jelek amat kan kak”? sambil meringis kehadapan Azzam.
“Dirimu
sendiri menilainya bagaimana dek? Tenang dek, 11, 12 dengan kakak kok”.
Ejek Azzam dengan menatap tawa Rama.
“Kuliah
gimana? Kalau bisa lancarkan kuliah dulu dek, asmaranya dipending dulu.
Perbaiki kualitas diri dek”. Perlahan-lahan Azzam mengalihkan topic untuk mengetahui
kuliahnya.
“InsyaAllah
kak, hehe. Allhamdulillah, aktif dikelas kak walaupun rada susah menyampaikan argumentasi”. Ujur
Rama sembari memberesakan buku-buku yang tersebar dihamparan ruang tempat
tidur. Dengan melihat jam yang terpasang di tangan Rama.
“Duh
kak, udah jam 11:40”. Cetus Rama dengan nada menguap. Langsung
disahut oleh Azzam. “Jawara kok
takut”. Ledek Azzam.
“Yaudah
tidur sini aja dek Ram, sekalian besok Kakak nebeng ke kampus”. Terang
Azzam
Adittya Ramanda
adalah salah satu adik tingkat Azzam dimasa SMA hingga masuk kebangku
perkuliahan. Saat menjadi mahasiswa baru, Azzam lah yang membantu Rama
mencarikan tempat kost, tugas hingga masalah asmara. Semuanya ia lontarkan pada
sang Kakak. Rama yang berpostur tinggi, gagah, tampang tak kalah dengan Azzam Al-fatih.
Mereka dipertemuka ketika perkenalan UKM Kampus, Azzam yang menjabat sebagai
ketua salah satu UKM di Kampus Universitas Lampung. Rama yang terlirik untuk
masuk ke UKM tersebut. Hanya berawal kecakapan, ketegasan, kepemimpnan yang
terlihat didiri Azzam saat mempromosikan UKM ketika masa OPAK, biasa disebut
dengan Orientasi Pengenalan Akademik Kampus.
***
Gesti
Yuliasih, gadis yang dimaksud oleh Rama. Ia berparas ayu nan berkepribadian
baik, tak kalah dengan intelektualnya yang mampu menggenggam satu mendal emas
dalam ajang olimpiade matematika tingkat nasional. Saat itulah nama Gesti mulai
tenar. Namun tak kalah dengan prestasi yang diukur oleh Adittya Ramanda. Ia
berhasil mempersembahkan mendalinya untuk SMAnya, sejak itulah Rama mulai
mencari tentangnya. Rama dan Gesti 1 lokal ketika berada di SMA, hanya saja
tidak pernah dipertemukan dalam 1 kelas. Berawal dari les yang diadakan oleh pihak
sekolah yang membawaku kenal dengan Gesti, saat tes dalam bidang keminatan. Aku
memilih pelajaran matematika karenanya aku mampu dibuatnya gila. Diujung les
bakat minat akan dikirimnya salah satu siswa untuk mengikuti ajang Olimpiade
tingkat nasional. Ini yang menjadikanku modal untuk masuk di Institut Teknologi
Bandung. Namun harapan itu sedetik telah hilang untuk menjadi mahasiswa ITB, aku
yang lalai dalam menginput data. Penyesalan
hingga kini masih berbekas.
Seperti kado remaja pada
lazimnya, bingkisan kecil yang terlilit lem perekat serta pita. Ini merupakan
kenang-kenagan dari Gesti. Di dalamnya yang berisi sebuah surat kecil dan buku,
dunia tahu bahwa aku dan dia sama-sama suka. Namun, disaat pengumuman SNMPTN
Gesti lulus di PTN ITB. Belum sempat untuk mengungkapkan isi hati, lagi-lagi jarak
yang telah membuatku semakin jauh dengannya. Isi pesan surat itu mengenai aku dengannya,
hingga buku yang ia berikan padaku berjudulkan “111 Tips Praktis Berfkir Benar”,
ku terima dengan senang hati walau hati ini berat untuk merasakan beratnya
berpisah dengan orang yang dicintai. (Oooohhhhh lebayyyyyyyyyy uyyyyyyyyyy zamaa SMA) Walaupun kata ini belum pernah terucap namun
sepasang mata dapat mewakilkan hati yang sedang berbicara (eaaaaakkkkk).
***
“Allhamdulillah kuliah 1 semester lagi kelar,
kalau ada loka job kabarin kak”.. ujur Rama dengan sopan.
“Katanya kepengen lanjut Dek? ga jadi?”
Sahut Azzam sambil mereka-reka jawaban.
“Kepengen sih kak, tapi seleksinya ketet
banget, temen-temen ane lohh kak, pada ikut semua. Beh pinternya ge ketulungan,
dikelas aja ane selalu kalah debat sama dia orang kak.”
Garuk-garuk kepala cengar cengir.
“Nah itu! Itu sebagai motivasi buat elunya dek,
kalo temen-temen elu pada punya kecerdasat tingkat rata-rata atas, elu harus semangat
belajar dan usahanya. Dan kitakan punya Allah, ngapain takut. Kalau secara
logika kita kalah saing dengan mereka, jangan takut dek, Allah pun ga pakai
rumus matematika kok dalam perwujudannya. Kalo Allah udah kun fayakun,
InsyaAllah. Semangat, tunjukkan kalo elu bisa dan mampu, mau ngelamar Gestikan?” Di
tinju lembut pipi Rama oleh Azzam sampai
berbunyi (dukkkkssssssss…….).
Rama hanya cengar-cengir saat
dinasihati Azzam. “Wah abang mah, tiba-tiba bahasanya elu-elu, gua-gua,
minder adek bang? Apa kecetit lidahnya?” Balas Rama sambil tertawa keras,
sedikit memecah suasana agar tidak tegang.
“Rama gajelah, mengalihkan
topic pembicaraan”. Disenggollah badan Rama oleh Azzam. “Jadi pada
intinya semangat juang dek, jangan pernah berhenti utuk menuntut ilmu. jangan
tumbang oleh orang lain, ingat kamu punya kekuatan yaitu Allah SWT. Wajib tahu
dek, mimpimu yang tinggi itu hanya titik kecil bagi Allah untuk mewujudkanya.
Hanya titik kecil, Allah adalah segala-Nya sumber kekuatan kita semua.”
Tak disangka dibalik gagahnya
Raditiyya Ramanda, buih air mata tak mampu ia tahan sehingga menetes dibaju
kemeja yang membentuk bulatan-bulatan basah.
“Kak,
ingatka bila aku salah, marah saja bila berbuat nakal. Selalu bimbing
kak, aku masih fakir dalam ilmu. Misal kak Azzam sudah disyurga, jangan lupa
geret aku, cari aku kak. Bimbing terus kak.” Balas Rama dengan nafas
terisak tangis.
“Semoga tetap diistiqomahkan dek, kakak pun
manusia ga luput dari salah maka dari itu saling support, mengingatkan, dan
melengkapi. Ingat selalu firman-Nya dalam surat Al-Furqan ayat 27-28. Sebab
persahabatan yang ada didunia ini akan musnah, kecuali persahabatan yang
dinaungi oleh Taqwa.” Dirangkullah Rama dibarengi rasa haru.
***
Waktu beralih cepat, kini
tepatnya dibulan Juni tanggal 1 berkisar 2000 rombonngan mahasiswa/i akan melakukan
ritual disahkaanya sarjana dan ditandai berakhirnya masa belajar di Universitas
tercinta Universitas Lampung. Dibalik rasa bahagia Rama tesisip rasa sedih karena ibu tercinta
tidak dapat hadir dalam pegelaran wisudanya. Ibunya tidak dapat hadir dikarenakan
sakit, namun bapak dan adiknya hadir menyaksikan namanya yang dipanggil sebagai
sarjana terbaik.
"Wah pangeran, happy Gradulation ya." ucap
seorang gadis. Suaranya yang begitu lirih tak begitu terdengar yang semakin membuatku
asik dengan suasana yaitu berselfie dengan sahabat seperjuangan. Tanpa
menghiraukan gadis nan ayu itu. Aku yang sedang sibuk sendiri.
"Tengok tuh sapa yang dateng, jauh-jauh
masa cuman dicuekin." Ditepuklah bahu Rama yang kekar.
"Apa si bang? ngimpi kali kalau dia
datang!” ceplos Rama.
Diputarlah kepala Rama dengan paksa. “Ehhhhh
apa-apaan kak……..”. Belum selsai ku berbicara mulutku terasa kaku untuk bicara
saat melihat seseorang yang berada dibelakang ku ini. Mataku sampai takk
berkedip melihatnya.
“Gesti ?” mengawali pembicaraan dengan
menebak namanya.
“Jangan sok nggak kenal deh dek Ram”.
Melirik sambil membenarkan kerah baju.
“Iya, saya Gesti Yuliasih. Lupa ya?? Oh iya
happy gradulation Rama, semoga ilmunya bermanfaat”. Senyum
tipis
“heheee…. Makasih ya, semoga do`a baiknya
kembali ke orang yang mendoakan”. rama yang grogi tingkat akut
sampai-sampai keringat menetes di pelipisnya.
“Ahaiiii grogi akut niiihhhh”. Cletuk
Azzam
………………..BERSAMBUNG………………………………………………………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar