Kurangnya muhasabah diri, kurangnya rasa mawas diri untuk mendapatkan
sebuah hasil. Manusia memang tidak pernah memiliki rasa ingin puas untuk
mendapatkan sesuatu hal. Apapun itu. Contoh kecil saja seperti yang aku rasa.
Aku merasa tercengang untuk mendapatkan nilai asli yang sudah didepan mata. Aku
melihat ia yang mendapatkan nilai yang melebihiku, aku juga menyadari bahwa ia
benar pantas untuk mendpatkanya. Terkadang disaat ada rekan yang usahanya hanya
leha-leha ia mendapatkan nilai ynag berpredikat A. aku merasa yang mendapatkan
nilai hingga dikatakan banting tulang agar mendaptkan predikat A saja
mati-matian. Ujung-ujungnya hanya mendatkan B, aku selalu berpositif thingking. Tetap usaha dengan yang sekarang
ini. Jangan pernah puas dengan suatu nilai dan suatu keadaan yang pernah
membuat nyaman.
Aku benci dengan hasil yang bukan hakku. Aku merasa dipermainkan
dengannya sang penilai. Ya, seorang murid harus tunduk patuh terhadap guru.
Apapun itu baik diperintah, diomong, dan disuruh. Tetapi kenapa penilaiian
mereka tidak sama dengan penilaian dipikiranku? Ini adalah sebuah pendapat,
orang bebas menilai kita seperti apa. Sebagian besar orang menyukai berbicara,
menilai. Itu bagus sekali, itu dapat mengaktifkan saraf otak yang mati dan kaku
dipikiran. Tapi apakah dengan menilai secara tidak objektif kami akan langsung
memprotes? Tidak, kami tidak berani untuk berdemo karena sebuah penilaiian.
Manusia memiliki penilaian, Allah juga memilai. Malaikat mencatat amal
baik, buruk. Hanya itu bapak, ibu guru yang terhormat, aku hanya mengharap
penilaiian dari Alloh saja. Jujur saja, aku tetap husnuzon dengan jalan cerita
yang telah dibuat Allah melalui engkau ibu bapak guru atau para ibu bapak dosen.
Untuk sebuah pengalaman saja. Orang memang berhak untuk menilai kita seperti
apa. Janganlah marah dengan kritikan dan penilaiian orang, bangunlah dari situ.
Aku punya mimpi untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan beasiswa
apapun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar